Dasar-dasar klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal dan
Supraptoharjo adalah: (1) Morfologi tanah merupakan kriteria untuk
pengklasifikasian tanah, (2) klasifikasi tanah dilakukan pada kategori
yang berbeda-beda, (3) klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan
keperluan survey tanah dan (4) dilakukannya korelasi yang sistematik dan
berkelanjutan antara klasifikasi tanah dan survey tanah. Pada sistem
klasifikasi tanah tahun 1957 terdapat 13 tanah dan 1961 terdapat 19
jenis tanah di Indonesia. Tanah dibedakan atasada atau tidaknya terjadi
perkembangan profil tanah, susunan horison utama, berdasarkan warna,
dan sifat fisik utama tanah (tekstur) pada kedalam ± 50 cm. Kategori
yang digunakan adalah (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam,
(5) Rupa dan (6) Seri.
Jenis tanah menurut Dudal dan Suparaptoharjo (1957) terdiri dari:
1. Latosol:
adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan kandungan
bahan organik, mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi masam (pH
4.5 – 5.5), terjadi akumulasi seskuioksida, tanah berwarna merah, coklat
kemerahan hingga coklat kekuningan atau kuning. Tanah terdapat mulai
dari daerah pantai hingga 900 m dengan curah hujan antara 2500 – 7000 mm
per tahun.
2. Andosol: adalah tanah yang
berwarna hitam sampai coklat tua dengan kandungan bahan organik tinggi,
remah dan porous, licin (smeary) dan reaksi tanah antara 4.5 – 6.5.
Horison bawah-permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan
kadang dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika. Tanah ini dijumpai
pada daerah dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai
sampai 3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi serta
suhu rendah pada daerah dataran tinggi.
Morfologi dan Klasifikasi Tanah
Jurusan Tanah Faperta Unand 158
3. Podsolik Merah Kuning:
merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda sampai
kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah
atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah
serta reaksi tanah yang masam sampai sangat masam (pH 4.2 – 4.8). Pada
horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah
gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu
endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai
pada ketinggian antara 50 – 350 m dengan curah hujan antara 2500 – 3500
mm/tahun.
4. Mediteran Merah Kuning: merupakan
tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan
organik rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, tekstur berat
dengan struktur tanah gumpal, reaksi tanah dari agam masam sampai
sedikit alkalis (pH 6.0 – 7.5). Dijumpai pada daerah mulai dari muka
laut sampai 400 m pada iklim tropis basah dengan bulan kering nyata dan
curah hujan tahunan antara 800 – 2500 mm.
5. Regur:
merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam, kadar bahan
organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral sampai alkalis.
Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika basah. Bahan induk
tanah dari marl, shale (napal), berkapur, endapan alluvial atau
volkanik. Ditemukan mulai dari muka laut sampai 200 m dengan iklim
tropis basah sampai subtropics dengan curah hujan tahunan antara 800 –
2000 mm.
6. Podsol: merupakan tanah dengan
bahan organik cukup tinggi yang terdapat diatas lapisan berpasir yang
mengalami pencucian dan berawrna kelabu pucat atau terang. Dibawah
horison berpasir terdapat horison iluviasi berwarna coklat tua sampai
kemerahan akibat adanya iluviasi bahan organik dengan oksida besi dan
alumunium. Tanah ini berkembang dari bahan induk endapan yang
mengandung silika , batu pasir atau tufa volkanik masam. Tanah dijumpai
mulai dari permukaan laut sampai 2000 m dengan curah hujan 2500 – 3500
mm/tahun.
7. Tanah Sawah: disebut juga sebagai
‘paddy soil’ yang mempunyai horison permukaan berwarna pucat karena
terjadi reduksi Fe dan Mn akibat genangan air sawah. Senyawa Fe dan Mn
akan mengendap dibawah lapisan reduski dan membentuk konkresi dan
horison agak memadas. Sifat tanah sawah beragam tergantung dari bahan
induk penyusunnya. Oleh sebab itu istilah tanah sawah tidak digunakan
lagi pada sistem klasifikasi tanah selanjutnya.
Klasifikasi Tanah Indonesia
Dian Fiantis (2012) 159
8. Hidrosol:
merupakan tanah yang banyak dipengaruhi oleh kadar air tanah. Nama
Hidrosol terlalu umum maka nama ini tidak lagi digunakan. Tanah yang
termasuk Hidrosol ini dapat dibedakan atas glei humus, hidromorf kelabu,
planosol, glei humus rendah dan laterit air tanah. Dasar pembeda dari
jenis-jenis tanah ini adalah tinggi rendahnya kadar air tanah.
9. Calcisol:
merupakan nama kelompok tanah yang kaya akan kalsium. Tanah dapat
dibedakan menjadi: rendzina, brown forest soil, mediteran kalsimorfik.
10. Regosol:
merupakan tanah muda yang berkembang dari bahan induk lepas
(unconsolidated) yang bukan dari bahan endapan alluvial dengan
perkembangan profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah.
11. Litosol:
merupakan tanah yang dangkal yang berkembang diatas batuan keras dan
belum mengalami perkembangan profil akibat dari erosi. Dijumpai pada
daerah dengan lereng yang curam.
12. Aluvial:
merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda
dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat tanah
beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta
penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim.
13. Tanah Organik:
merupakan tanah dengan kadar bahan organik tinggi dan lapisan gambut
yang tebal. Tanah jenuh air sepanjang tahun dengan reaksi tanah masam,
dranase sangat buruk dan curah hujan yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar