Senin, 15 Juni 2015

Tanah dan Sifatnya

Klasifikasi Tanah

Dasar-dasar klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal dan Supraptoharjo adalah: (1) Morfologi tanah merupakan kriteria untuk pengklasifikasian tanah, (2) klasifikasi tanah dilakukan pada kategori yang berbeda-beda, (3) klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan keperluan survey tanah dan (4) dilakukannya korelasi yang sistematik dan berkelanjutan antara klasifikasi tanah dan survey tanah.  Pada sistem klasifikasi tanah tahun 1957 terdapat 13 tanah dan 1961 terdapat 19 jenis tanah di Indonesia.  Tanah dibedakan atasada atau tidaknya terjadi perkembangan profil tanah, susunan horison utama, berdasarkan warna, dan sifat fisik utama tanah (tekstur)  pada kedalam ± 50 cm.  Kategori yang digunakan adalah (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam, (5) Rupa dan (6) Seri.

Jenis tanah menurut Dudal dan Suparaptoharjo (1957) terdiri dari:

1. Latosol: adalah tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan kandungan bahan organik, mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi masam (pH 4.5 – 5.5), terjadi akumulasi seskuioksida, tanah berwarna merah, coklat kemerahan hingga coklat kekuningan atau kuning.  Tanah terdapat mulai dari daerah pantai hingga 900 m dengan curah hujan antara 2500 – 7000 mm per tahun.

2. Andosol: adalah tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan reaksi tanah antara 4.5 – 6.5.  Horison bawah-permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika.  Tanah ini dijumpai pada daerah dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai sampai 3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi serta suhu rendah pada daerah dataran tinggi.
Morfologi dan Klasifikasi Tanah
Jurusan Tanah Faperta Unand 158

3. Podsolik Merah Kuning: merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda sampai kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam sampai sangat masam (pH 4.2 – 4.8).  Pada horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah.  Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat.  Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50 – 350 m dengan curah hujan antara 2500 – 3500 mm/tahun.

4. Mediteran Merah Kuning: merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, tekstur berat dengan struktur tanah gumpal, reaksi tanah dari agam masam sampai sedikit alkalis (pH 6.0 – 7.5).  Dijumpai pada daerah mulai dari muka laut sampai 400 m pada iklim tropis basah dengan bulan kering nyata dan curah hujan tahunan antara 800 – 2500 mm.

5. Regur: merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam, kadar bahan organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral sampai alkalis.  Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika basah. Bahan induk tanah dari marl, shale (napal), berkapur, endapan alluvial atau volkanik. Ditemukan mulai dari muka laut sampai 200 m dengan iklim tropis basah sampai subtropics dengan curah hujan tahunan antara 800 – 2000 mm.

6. Podsol: merupakan tanah dengan bahan organik cukup tinggi yang terdapat diatas lapisan berpasir yang mengalami pencucian dan berawrna kelabu pucat atau terang.  Dibawah horison berpasir terdapat horison iluviasi berwarna coklat tua sampai kemerahan akibat adanya iluviasi bahan organik dengan oksida besi dan alumunium.  Tanah ini berkembang dari bahan induk endapan yang mengandung silika , batu pasir atau tufa volkanik masam.  Tanah dijumpai mulai dari permukaan laut sampai 2000 m dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun.

7. Tanah Sawah: disebut juga sebagai ‘paddy soil’ yang mempunyai horison permukaan berwarna pucat karena terjadi reduksi Fe dan Mn akibat genangan air sawah.  Senyawa Fe dan Mn akan mengendap dibawah lapisan reduski dan membentuk konkresi dan horison agak memadas.  Sifat tanah sawah beragam tergantung dari bahan induk penyusunnya.  Oleh sebab itu istilah tanah sawah tidak digunakan lagi pada sistem klasifikasi tanah selanjutnya.
Klasifikasi Tanah Indonesia
Dian Fiantis (2012) 159

8. Hidrosol: merupakan tanah yang banyak dipengaruhi oleh kadar air tanah.  Nama Hidrosol terlalu umum maka nama ini tidak lagi digunakan.  Tanah yang termasuk Hidrosol ini dapat dibedakan atas glei humus, hidromorf kelabu, planosol, glei humus rendah dan laterit air tanah.  Dasar pembeda dari jenis-jenis tanah ini adalah tinggi rendahnya kadar air tanah.

9. Calcisol: merupakan nama kelompok tanah yang kaya akan kalsium.  Tanah dapat dibedakan menjadi: rendzina, brown forest soil, mediteran kalsimorfik.

10.  Regosol: merupakan tanah muda yang berkembang dari bahan induk lepas (unconsolidated) yang bukan dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah.  

11. Litosol: merupakan tanah yang dangkal yang berkembang diatas batuan keras dan belum mengalami perkembangan profil akibat dari erosi.  Dijumpai pada daerah dengan lereng yang curam.

12. Aluvial: merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada.  Sifat tanah beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim.

13. Tanah Organik: merupakan tanah dengan kadar bahan organik tinggi dan lapisan gambut yang tebal. Tanah jenuh air sepanjang tahun dengan reaksi tanah masam, dranase sangat buruk dan curah hujan yang tinggi.